MAPALA UIN MINTA BURUNG SERINDIT TAK DI PERJUAL BELIKAN
Laporan: David TobingTRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU -Dalam
rangka memperingati hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh rabu
tanggal 5 juni, Puluhan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) UIN Suska Riau
mengadakan aksi long march dari samping kantor Gubernur Riau menuju
Taman Kota yang ada di Jalan Diponegoro.
Aksi yang bertema lestarikan burung sirindit, bertujuan untuk mengajak masyarakat agar ikut melestarikan burung sirindit. Aksi dilakukan mahasiswa ini juga diadakan untuk mengingatkan pemerintah agar turut melestarikan burung serindit yang merupakan maskot riau.
Heriadi mengatakan, beberapa masyarakat banyak melakukan penangkapan dan memperjualbelikan burung serindit. Kondisi tersebut menjadikan keberadaan burung serindit di habitatnya sudah mulai langka.
" Saya harap masyarakat turut melestarikan burung serindit dengan tidak melakukan penangkapan liar atau memperjual belikan terhadap burung serindit". Ujar Heriadi yang merupakan koordinator aksi.
Dalam aksi itu, Kelompok Mapala juga mengadakan teatrikal, dimana Seorang mahasiswa memperagakan diri sebagai burung serindit. Sekujur tubuhnya dilumuri dengan cat berwarna kuning dan hijau yang menyerupai buru sirindit. Mahasiswa tersebut memperagakan diri sebagai seekor burung serindit yang dikurung dalam sebuah keranjang. Mahasiswa yang memperagakan diri tersebut kurung dalam keranjang dan meronta-ronta minta dilepaskan.
Menurut Reno,Teatrikal yang diadakan tersebut sebagai bentuk protes pemerintah yang lemah dalam melakukan pengawasan, serta tidak melakukan penindakan terhadap kelompok orang yang dengan bebas melakukan perburuan dan memperjualbelikan kepada masyarakat.
"Pemerintah tidak melakukan tindakan tegas terhadap kelompok orang yang dengan bebas memperjual belikan burung serindit. Masa Maskot Riau diperjualbelikan" Ujar Reno.
Disamping aksi teatrikal, dalam aksi tersebut, Puluhan mahasiswa ini juga melakukan aksi tanam pohon dan pelepasan burung serindit sebanyak 13 ekor yang dilakukan di taman kota, jalan Diponegoro.
Menurut Heriadi, aksi pelepasan burung sirindit tersebut secara filosofis menggambarkan tahun 2013."13 ekor burung sirindit diambil dari tahun 2013, Kita meminta pemerintah untuk dapat melakakukan hal yang sama, yakni melepaskan sebanyak 2000 ekor sirindit, sehingga semua akan genap menjadi angka 2013". Ujar Heriadi yang juga ketua Mapala UIN Suska Riau. (*)
Aksi yang bertema lestarikan burung sirindit, bertujuan untuk mengajak masyarakat agar ikut melestarikan burung sirindit. Aksi dilakukan mahasiswa ini juga diadakan untuk mengingatkan pemerintah agar turut melestarikan burung serindit yang merupakan maskot riau.
Heriadi mengatakan, beberapa masyarakat banyak melakukan penangkapan dan memperjualbelikan burung serindit. Kondisi tersebut menjadikan keberadaan burung serindit di habitatnya sudah mulai langka.
" Saya harap masyarakat turut melestarikan burung serindit dengan tidak melakukan penangkapan liar atau memperjual belikan terhadap burung serindit". Ujar Heriadi yang merupakan koordinator aksi.
Dalam aksi itu, Kelompok Mapala juga mengadakan teatrikal, dimana Seorang mahasiswa memperagakan diri sebagai burung serindit. Sekujur tubuhnya dilumuri dengan cat berwarna kuning dan hijau yang menyerupai buru sirindit. Mahasiswa tersebut memperagakan diri sebagai seekor burung serindit yang dikurung dalam sebuah keranjang. Mahasiswa yang memperagakan diri tersebut kurung dalam keranjang dan meronta-ronta minta dilepaskan.
Menurut Reno,Teatrikal yang diadakan tersebut sebagai bentuk protes pemerintah yang lemah dalam melakukan pengawasan, serta tidak melakukan penindakan terhadap kelompok orang yang dengan bebas melakukan perburuan dan memperjualbelikan kepada masyarakat.
"Pemerintah tidak melakukan tindakan tegas terhadap kelompok orang yang dengan bebas memperjual belikan burung serindit. Masa Maskot Riau diperjualbelikan" Ujar Reno.
Disamping aksi teatrikal, dalam aksi tersebut, Puluhan mahasiswa ini juga melakukan aksi tanam pohon dan pelepasan burung serindit sebanyak 13 ekor yang dilakukan di taman kota, jalan Diponegoro.
Menurut Heriadi, aksi pelepasan burung sirindit tersebut secara filosofis menggambarkan tahun 2013."13 ekor burung sirindit diambil dari tahun 2013, Kita meminta pemerintah untuk dapat melakakukan hal yang sama, yakni melepaskan sebanyak 2000 ekor sirindit, sehingga semua akan genap menjadi angka 2013". Ujar Heriadi yang juga ketua Mapala UIN Suska Riau. (*)
Editor: Zul Indra
Sumber: Tribun Pekanbaru
Comments
Post a Comment